Kisah Teladan Islami Si Tukang Batu Yang Di Cium Rasulullah SAW
19.24
Kisah Teladan Islami kali ini akan
membagi tentang Si Tukang Batu Yang Di Cium Rasulullah . Diriwayatkan pada saat
itu Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap
menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam
peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan
dan ada uzur.
Saat mendekati kota Madinah, di
salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika
itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya
merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
Sang manusia Agung itupun
bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?”
Si tukang batu menjawab, “Ya
Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu
saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga
saya, karena itulah tangan saya kasar.”
Rasulullah adalah manusia paling
mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang
batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan
itu, dan menciumnya seraya bersabda,
“Hadzihi yadun la tamatsaha narun
abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka
selama-lamanya’.
Rasulullahl tidak pernah mencium tangan para
Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah
mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah
dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah
justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu
dan karena kerja keras.
Suatu ketika seorang laki-laki
melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat
dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, andai bekerja
seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi
sabilillah), maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau
ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi
sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah
lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya
sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)
Orang-orang yang pasif dan malas bekerja,
sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga
dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah
amat prihatin terhadap para pemalas.
”Maka apabila telah dilaksanakan
shalat, bertebaranlah kam di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10)
”Dan Allah menjadikan bumi untukmu
sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS
Nuh19-20)
”Siapa saja pada malam hari bersusah payah
dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari
Anas)
”Siapa saja pada sore hari
bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan
lbnu Abbas)
”Tidak ada yang lebih baik bagi
seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan
sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)
”Sesungguhnya di antara dosa-dosa
itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat
pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)
”Barangsiapa yang bekerja keras
mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza
Wa Jalla”. (HR. Ahmad) ( Baca juga : Mencari Nafkah Termasuk Pengertian Jihad
Dalam Islam )
Demikian lah sebagan kecil tentang
kisah teladan islami agar kita semakin tahu dan semakin giat dalam mencari
rizki allah yang halal dan berkah.
di ambil dari http://www.duniaislam.org/
0 komentar