Islam Tak Menyukai Orang yang Meminta-minta
19.46
Sahabat dunia islam, ada istilah “Tangan diatas, lebih baik dari
pada tangan dibawah.” Sering kali kita mendapati pepatah seperti itu. Secara
kasat mata orang yang diposisikan sebagai “tangan diatas” adalah pemberi,
sedang “tangan dibawah” sering dikonotasikan sebagai penerima atau
peminta-minta. Secara filosofi seorang yang senantiasa tangannya dibawah,
selalu berada pada posisi “low”, yakni dasar, bawah, miskin dan tak punya.
Meski tak dipungkiri di negeri ini ada banyak orang yang profesi
menjadi seorang pengemis. Meminta-minta belas kasihan kepada setiap orang
dijumpainya, menjual wajah iba, dengan sebentuk rupa; baju compang-camping,
dekil, seolah dirundung sakit, perlihatkan cacat tubuh, atau menggendong anak
kecil yang entah anak sewaan atau anak sendiri.
Rasulullah saw memang sangat peduli dan sayang kepada kaum papa, fakir miskin. Anjuran kita
untuk memberi sedekah kepada mereka sering kita dengar. Namun bukan berarti
Islam menyenangi mengemis itu sebagai suatu profesi. Islam menginginkan setiap
orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Dan soal
hasil, sedikit banyak, asal barokah itu lebih utama. Dan bagi orang yang telah
berusaha, namun belum mendapatkan hasil yang maksimal, hingga dalam taraf masih
kekurangan, mereka itulah yang layak dibantu.
Dalam kitab sunan, Imam Abu Dawud dan al-Tirmidzi meriwayatkan
hadis dari Anas ibn Malik dikisahkan suatu ketika, seorang lelaki dari kalangan
Anshar yang miskin mendatangi Rasulullah saw untuk meminta sesuatu. Rasul
mengernyitkan dahi.
“Barang apa yang masih ada di rumahmu?” Tanya Rasullulah.
“Satu pakaian yang sedang dijemur dan gelas” jawab lelaki Anshar
itu.
“Cobalah bawa dua barang itu kemari.” Lelaki itu menurut . Ia
pulang dan mengambil barang-barangnya, kemudian menyerahkan kepada Rasul. Apa
yang kemudian dilakukan Rasulullah? Ternyata melelangnya kepada para sahabat
yang tengah hadir disitu.
Ada seorang sahabat yang menawarnya dengan satu dirham. Rasul kemudian
masih menawarkan barang tersebut pada yang hadir.
“Siapa yang akan membeli dengan harga lebih dari satu dirham?
Beliau mengulang-ulang penawarannya sampai akhirnya ada seorang sahabat yang
mau membeli dengan harga dua dirham. Rasul kemudian memberikan uang dua dirham
yang dimaksud kepada lelaki miskin itu.
“ Satu dirham ini untuk membeli
makanan untu keluargamu, dan sisanya satu dirham lagi kau belikan alat,
sehingga kau bisa mencari nafkah. Setelah itu, datanglah kemari,” kata
Rasulullah dengan bijak.
Beberapa saat kemudian, lelaki itu kembali dengan kapak ditangan.
Ia kemudian menghadap Rasul. Kemudian, diikatkannya lidi ke kapak itu oleh
Rasul.
“Sana, pergilah. Cari usaha dengan kapak itu, dan jangan kembali
menghadap kecuali setelah limabelas hari..” perintah Rasulullah.
Pada hari kelima belas, lelaki tersebut kembali menghadap Rasul
dengan membawa limabelas dirham. Uang itu didapat dari hasil jerih payahnya
bekerja dengan kapak itu. Dengan uang sebanyak itu, lelaki itu bisa menafkahi
keluarganya jauh lebih layak daripada saat ia menjadi peminta-minta. Nasehat
terakhirpun di ucapkan Rasulullah pada lelaki Anshar itu, dan inipun nasehat
yang sangat baik kita.
“Hal seperti itu, lebih baik daripada kau meminta-minta yang akan
menimbulkan bintik hitam di wajahmu kelak di akherat,”
Sebuah kejadian yang buruk, bagi orang yang berprofesi sebagai
peminta-minta di akherat kelak. Dan yang menyedihkan , hal ini tidak banyak
diketahui oleh mereka.
Sebenarnya dalam Islam, perintah untuk bekerja keras dalam memenuhi
kebutuhan sendiri dan keluarganya, telah tercantum pada beberapa ayat. Usaha
itu lebih baik, dan mulia dibandingkan orang-orang yang malas, dan hanya
mengandalkan pemberian orang semata. Karena dengan hasil maksimal orang yang
berupaya yang terbaik dalam kehidupannya, bisa membuat keluarganya dalam
kecukupan, juga bisa bersedekah memberikan hartanya untuk orang lain. Tentu tak
dipungkiri, berdoa adalah sarana yang terbaik dilakukan setelah berusaha, kedua
hal tersebut harus selalu mengiringi.
Tapi apakah orang yang hanya berdoa saja, duduk-duduk dimasjid
adalah hal yang dibenarkan? Umar ibn Khathab juga pernah menegur orang-orang
yang hanya menghabiskan waktunya di masjid tanpa mau berusaha mencari rezeki
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Kalian jangan hanya duduk-duduk saja di sini, dan hanya beroda
semoga Allah memberikan rezeki. Padahal kamu semua tahu, langit tidak serta
meta menurunkan emas juga perak. SEdang Allah telah berfirman: ‘Apabila shalat
telah ditunaikan maka menyebarlah di muka bumi, carilah karunia Allah. Dan
perbanyaklah mengingat Allah agar kamu beruntung,..” (al-Jumu’ah:10)
baca juga : Empat Tingkatan Cara Allah Memberi Rezeki
Sebuah perpaduan yang manis, dari doa dan usaha. Mencari karunia di
padu dengan ridha Allah, akan lebih indah umtuk insan dalam memaknai kehidupan.
Semoga Allah selalu member petunjuk.
Sumber : ummi-online.com dan http://www.duniaislam.org/
0 komentar