Adab Menuntut Ilmu Menurut Imam Al-Ghazali
19.28
Sahabat dunia islam, Ilmu mempunyai keutamaan yang tinggi dalam
Islam. Banyak ayat Alquran dan sunah Rasul yang mengungkapkan hal tersebut.
Bahkan, disampaikan bahwa orang-orang yang berilmu diangkat beberapa derajat
oleh Allah Swt. jika dibandingkan orang-orang yang beriman tanpa ilmu.
“… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. …”
(Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11)
Salah satu ulama besar umat muslim, Imam Al-Ghazali, dalam bukunya
Ihya Ulumuddin menyampaikan adab menuntut ilmu bagi seorang pelajar. Ada tujuh
poin penting tentang Adab Menuntut Ilmu Menurut Imam Al-Ghazali yang diringkas
dari pendapat ulama ahli tasawuf ini.
Pertama, mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang rendah.
Menurut Al-Ghazali, selama batin tidak bersih dari hal-hal keji, maka ia tidak
menerima ilmu yang bermanfaat dalam agama. Selain itu, batin juga tak akan
diterangi dengan cahaya ilmu. Ibnu Mas’ud berkata, “Bukanlah ilmu itu karena
banyak meriwayatkan, tetapi ilmu itu adalah cahaya yang dimasukkan ke dalam
hati.”
Kedua, mengurangi kesenangan-kesenangan duniawi dan menjauh dari
kampung halaman hingga hatinya terpusat untuk ilmu. Allah tidak menjadikan dua
jantung bagi seseorang di dalam rongga badannya. Oleh karena itu dikatakan,
“Ilmu itu tidak memberikan sebagiannya hingga engkau memberinya seluruh
milikmu.”
Ketiga, tidak sombong dalam menuntut ilmu dan tidak membangkang
kepada guru. Al-Ghazali menyarankan orang yang menuntut ilmu agar memberi
kebebasan kepada guru yang mengajarnya selama tidak memperlakukannya dengan sewenang-wenang.
Al-Ghazali juga menegaskan agar pelajar terus berkhidmat kepad guru.
Menurutnya, ilmu enggan masuk kepada orang yang sombong seperti banjir yang
tidak dapat mencapai tempat yang tinggi.
Keempat, menghindar dari mendengarkan perselisihan-perselisihan di
antara sesama manusia. Menurut Al-Ghazali, hal tersebut dapat menimbulkan
kebingungan saat menuntut ilmu.
Kelima, tidak menolak suatu bidang ilmu yang terpuji, tetapi harus
menekuninya hingga mengetahui maksudnya. Jika umur membantunya, maka ia pun
mesti menyempurnakannya.
Keenam, mengalihkan perhatian kepada ilmu yang terpenting, yaitu
ilmu akhirat. Imam Al-Ghazali berpendapat, ilmu yang dimaksudkan adalah bagian
dari muamalah dan mukasyafah. Ilmu mukasyafahtersebut ialah makrifatullah atau
mengenal Allah. Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu yang paling mulia dan
puncaknya adalah mengenai Allah.
Ketujuh, tujuan belajar adalah menghiasi batin dengan sifat yang
menyampaikannya kepada Allah Swt. Selain itu, ia juga harus mengharapkan
mendapatkan derajat tertinggi di antara malaikat muqarabin (yang dekat dengan
Allah). Dengan tujuan ini, ia tidak mengharapkan kepemimpinan, harta, dan
kedudukan.
di ambil dari artikel
salmanitb.com dan
http://www.duniaislam.org/
0 komentar